SURABAYA (SurabayaUpdate) – Sikap tegas Pemerintah Kota Surabaya untuk benar-benar menutup Lokalisasi Dolly dan Jarak sebagai kawasan prostitusi, akhirnya berujung bentrok antara aparat gabungan dengan warga yang menolak penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak.
Aparat gabungan yang terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya yang dibantu Kepolisian Polrestabes Surabaya, Linmas dan Gartap III Surabaya, langsung menyusuri Lokalisasi Dolly dan Jarak, Minggu (27/7) untuk melakukan pemasangan plakat.
Pemasangan plakat yang bertuliskan kawasan bebas prostitusi itu rencananya akan dipasang di simpang tiga jalan Girilaya menuju Lokalisasi Dolly dan Jarak serta perempatan Jalan Dukuh Kupang yang menuju ke Lokalisasi Dolly dan Jarak.
Beberapa warga yang menolak rencana itu akhirnya melakukan perlawanan ketika sejumlah petugas dari Satpol PP mulai memasang plakat yang berisikan kalimat peringatan tersebut. Forum Pekerja Lokalisasi (FPL) dan warga sekitar yang sejak awal menolak rencana penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak, akhirnya melakukan aksi pembakaran ban di perempatan Jalan Dukuh Kupang yang akan menuju ke Lokalisasi Dolly-Jarak.
Selain membakar ban, warga dan aktivis dari FPL, juga merobohkan plakat yang berisi peringatan tersebut. Sebagai upaya memukul mundur pasukan yang terdiri dari Satpol PP Kota Surabaya dan aparat Kepolisian, warga pun melempari aparat dengan batu.
Aparat kepolisian yang berusaha memadamkan api dari ban yang dibakar warga, ternyata mendapat perlawanan. Akibatnya, bentrok fisik antara aparat kepolisian, Satpol PP Kota Surabaya, Brimob yang diperbantukan untuk melakukan penutupan Lokalisasi Dolly dan Jarak, akhirnya pecah.
Sekitar empat ratus petugas gabungan yang diterjunkan dalam kegiatan tersebut, langsung memburu warga dan aktivis FPL, yang memang sejak awal deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak. Satu persatu mereka yang dianggap sebagai provokator pun ditangkap polisi. Tidak sedikit, warga dan aktivis FPL yang menolak penutupan Lokalisasi Dolly dan Jarak, ditangkap dengan kondisi luka penuh darah di tubuhnya.
Bahkan, Brimob yang dilibatkan untuk menutup Lokalisasi Dolly dan Jarak, menyisir kampong-kampung yang selama ini menjadi kantung-kantung kekuatan warga yang sejak awal menolak Dolly-Jarak ditutup. Posko FPL yang berada di lokalisasi Dolly pun tak luput dari incaran petugas. Walaupun posko itu dalam keadaan terkunci, polisi kemudian memaksa supaya pintu dibuka. Dua orang aktivis FPL yang berada di dalam posko, langsung ditangkap.
Dua orang aktivis FPL yang ditangkap paksa itu adalah Saputro yang biasa dipanggil Pokemon dan Suyitno.Saputro adalah Ketua FPL dan Suyitno menjabat sebagai Koordinator FPL yang selama ini sangat keras menolak penutupan Lokalisasi Dolly dan Jarak. (pay)