surabayaupdate.com
HEADLINE INDEKS PENDIDIKAN & KESEHATAN

Yayasan Wings Peduli Kasih Kembali Beri Bantuan Ke Para Penyandang Craniofacial

Penandatanganan kerjasama antara Yayasan Wings Peduli Kasih dengan tim dokter craniofacial RSUD Dr.Soetomo Surabaya. (FOTO : dok pribadi untuk surabayaupdate.com)
Penandatanganan kerjasama antara Yayasan Wings Peduli Kasih dengan tim dokter craniofacial RSUD Dr.Soetomo Surabaya. (FOTO : dok pribadi untuk surabayaupdate.com)

SURABAYA (surabayaupdate) –Yayasan Wings Peduli Kasih kembali memberikan bantuan medis secara cuma-cuma kepada para penyandang craniofasial. Pemberian bantuan itu ditandai dengan penandatanganan kerjasama dengan empat pilar.

Empat pilar yang ikut dalam penandatanganan itu antara lain Yayasan Wings Peduli Kasih, Yayasan Citra Baru Surabaya, Rumah Sakit Premiere Surabaya dan tim dokter RSUD Dr. Soetomo.

Luciana Tanoyo, Direktur Yayasan Wings Peduli Kasih mengatakan Yayasan Wings PeduIi Kasih miIik Wings Corporations hadir dengan visinya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, terutama anak-anak generasi penerus bangsa Indonesia. Yayasan ini secara berkesinambungan memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan di seluruh Indonesia dari aspek kesehatan dan pendidikan.

“Beberapa aktivitas sosiai bagi anak-anak telah diIakukan Yayasan Wings PeduIi Kasih, di antaranya membangun sarana pendidikan bagi anak-anak di beberapa daerah, seperti Sekolah AIam Tunas Mulia Bantar Gebang, Taman Kelompok Belajar Desa Hurip Jaya, BabeIan Bekasi, dan masih banyak lagi di beberapa daerah di Jawa Timur,” ujar Luciana Tanoyo.

Terkait craniofasial ini, lanjut Luciana Tanoyo, Yayasan Wings Peduli Kasih memberikan perhatian atau concern terhadap isu craniofacial karena secara medis, penyandang craniofacial hanya mengalami kelainan fisik, bukan mental. Sangat disayangkan apabila penyandang craniofacial yang masih dalam usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan semestinya.

”Kami mengutamakan pengobatan untuk anak dan remaja usia sekolah. Pertimbangannya, karena dukungan untuk mereka tidak akan berhenti pada tahap pengobatan dan tindakan medis saja, tetapi anak-anak tersebut juga akan mendapatkan beasiswa pendidikan,” ujar Luciana, Kamis (7/12).

Hal lain yang membuat Yayasan Wings Peduli Kasih menaruh perhatian terhadap craniofasial adalah masih banyak orang awam maupun dokter yang beIum mengenali kelainan craniofacial ini di Indonesia, termasuk penyebaran demografisnya.

“Masih kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai kelainan craniofacial di Indonesia membuat Yayasan Wings Peduii Kasih tergerak untuk berbagi pengetahuan mengenai kelainan ini melalui media cetak maupun elektronik,” ungkap Luciana.

Selama sembilan tahun, Yayasan Wings Peduli Kasih telah membantu hampir 200 anak penyandang craniofacial untuk menikmati hidup tanpa merasa rendah diri atau minder karena kelainan wajah yang dideritanya.

Balita penderita craniofacial yang sudah menjalani operasi dan berangsur-angsur membaik. (FOTO : dok pribadi untuk surabayaupdate.com)
Balita penderita craniofacial yang sudah menjalani operasi dan berangsur-angsur membaik. (FOTO : dok pribadi untuk surabayaupdate.com)

Penandatanganan kerjasama yang dilakukan Yayasan Wings Peduli Kasih dalam hal craniofasial kali ini memasuki tahun yang ke sembilan. Yayasan Wings Peduli Kasih telah berkomitmen untuk ambil bagian dalam penanggulangan craniofacial sejak 2008. Dengan perhatian yang diberikan Yayasan Wings Peduli Kasih ini diharapkan Yayasan Wings Peduli Kasih dapat membangun impian anak-anak penyandang craniofacial di seluruh Indonesia, khususnya di Jawa Timur.

Lalu, apa itu craniofacial? Craniofacial adalah kelainan pada tulang wajah dan jaringan lunak daerah kepala yang merupakan kecacatan bawaan Iahir. Kelainan ini disebabkan oleh multifaktoral di antaranya faktor keturunan karena mutasi dari gen yang diturunkan seperti apert syndrome, crouzon syndrome dan sebagian dari bibir sumbing.

Faktor penyebab lain yaitu kekurangan nutrisi seperti asam folat, infeksi virus, radiasi, dan kekurangan vitamin B. Selain itu, hal ini bisa disebabkan ibu minum obat-obatan bebas tanpa resep dokter pada kehamilan trimester pertama sehingga mengganggu pembentukan pertumbuhan janin terutama pada wajah seperti meningocele danfacial cleft (sumbing pada wajah).

Sementara itu, Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki, SP.BPRE(K), Ketua Tim Craniofacial RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengatakan, kelainan yang diderita pasien sangat kompleks sehingga membutuhkan penanganan terpadu oleh satu tim dokter dari berbagai spesialisasi. Tim dokter yang bekerjasama dalam program ini berasal dari Tim Craniofacial RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

“Kelainan craniofacial ini merupakan kelainan anatomi yang biasanya merupakan kasus bedah dan butuh tindakan operatif. Untuk kasus yang ringan mungkin tidak perlu operasi, tetapi tetap diobservasi,” papar Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki.

Jika dalam perjalanan menjadi berat, lanjut Djohansjah, maka butuh tindakan. Kemudian untuk gejala yang muncul akibat kelainan anatomis ini bisa diatasi dengan non bedah, misalnya infeksi telinga dengan obat antibiotik, mata kering dengan obat mata, gangguan sesak sewaktu tidur bisa dibantu dengan CPAP, dan lain-lain.

Tim dokter dalam program ini meliputi dokter spesialis bedah plastik, bedah syaraf, anestesi, anak, mata, radiologi, THT, patologi kiinik, rehabilitasi medik, dan dokter gigi spesialis orthodonti.

Djohansjah menambahkan, utuk kasus bedah plastik, secara garis besar kelainan bawaan craniofacia/ dibagi menjadi dua yaitu cleft (facial cieft/bibir sumbing) dan craniosysnostosis. Craniosysnostosis yaitu sutura di kepala dan wajah menutup terlalu dini, sehingga mengakibatkan kelainan bentuk kepala dan wajah, sampai dengan otak tidak dapat tumbuh dengan normal serta tekanan dalam kepala menjadi tinggi. Gejala yang tampak adalah bentuk kepala dan wajah tidak normal, pusing, muntah, sesak sewaktu tidur, dan jika berat dapat mengakibatkan kebutaan.

Kasus cleft dapat ditangani semua dokter bedah plastik di Indonesia, yang menangani kasus bibir sumbing. Sedangkan untuk kasus craniosysnostosis, pasien dapat dirujuk ke RSUD Dr.Soetomo Surabaya dan Yayasan Citra Baru di RS Premier Surabaya yang banyak menangani kasus craniosysnostosis.

SeIain 4 piIar di atas, Yayasan Citra Baru Surabaya juga mempunyai peranan yang sangat penting dimana Yayasan Citra Baru Surabaya sangat aktif dalam mempersiapkan pasien dan keluarganya sejak pendataan, pengaturan akomodasi dan pemeriksaan, hingga penjadwalan operasi pasien. Yayasan ini juga menjadi koordinator para dokter, pihak rumah sakit, serta pasien. (pay)

Related posts

HOTMAN PARIS ANCAM LAPORKAN JPU KASUS KURATOR KE KEJAKSAAN AGUNG

redaksi

Indikasi Adanya Unsur Kesengajaan Dalam Perkara Tabrak Wali Murid Marlion International School Makin Terlihat

redaksi

Kuasa Hukum Bos Empire Palace Akan Minta Perlindungan Hukum Ke DPR RI Dan Badan Kehormatan DPR RI

redaksi