SURABAYA (surabayaupdate) – Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, Swiss-Belhotel International khususnya wilayah Jawa Timur gelar penyaluran Corporate Social Responsibility dengan cara unik.
Pada perhelatan ini, Swiss-Belhotel International yang terdiri dari Hotel Ciputra World Surabaya, Grand Swiss-Belhotel Darmo, Swiss-Belinn Malang, Swiss-Belinn Tunjungan, Swiss-Belinn Manyar, Swiss-Belinn Airport Surabaya dan Zest Hotel Jemursari juga mengundang 40 penyandang disabilitas yang selama ini asuh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya.
Turut hadir dalam perhelatan ini, tujuh General Manager Swiss-Belhotel International wilayah Jawa Timur, Fatma Syaifullah Yusuf, istri Menteri Sosial Syaifullah Yusuf, mewakili Kementerian Sosial Republik Indonesia, Anna Fajriatin Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Erlin Manager UK FCDO Second Cities UK Embassy, Sera Marettini dan Juliyana Safitri dari US Embassy, H. Abdullah Nurawi sebagai Ketua Umum Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia & Owner PT. Widaya Inti Plasma (Sepatu Trekker’s), Khalid An Khoen Huang selalu Dewan Pembina Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia.
Acara yang digelar Minggu (15/12/2024) ini mengambil tema Memperkuat Kepemimpinan Penyandang Disabilitas untuk Masa Depan yang Inklusif dan Berkelanjutan.
Diacara ini, dipamerkan karya anak-anak disabilitas dari hasil daur ulang sprei hotel menjadi kain batik, baju batik. Turut dipamerkan diacara ini hasil karya anak disabilitas yang lain seperti tas, topi, tempat tissue dan berbagai pernak pernik lainnya, yang semuanya hasil daur ulang limbah hotel.
Tujuan diselenggarakan acara ini adalah memberikan kesempatan kepada para penyandang disabilitas untuk berkreasi dan memamerkan hasil karyanya kepada masyarakat.
Rangkaian kegiatan diawali dengan pembuatan Shibori dengan bahan kain sprei yang dibawa masing-masing unit hotel.
Kegiatan pembuatan Shibori dari kain sprei ini dilaksanakan Sabtu (23/11/2024) di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Liponsos Kalijudan.
Dikegiatan ini, para penyandang disabilitas dan perwakilan dari tujuh properti Swiss-Belhotel International secara bersama-sama memotong kain sprei, proses mengikat dan pewarnaan kain dengan teknik shibori hingga proses pengeringan kain.
Kain hasil karya rekan disabilitas dan tim Swiss-Belhotel International inj lalu diolah UMKM Lokal menjadi produk unggulan seperti busana.
Produk unggulan para penyandang disabilitas ini kemudian dipamerkan di Victory Ballroom Hotel Ciputra World Surabaya, Minggu (15/12/2024).
Regional Operation Manager Swiss-Belhotel International East Java, Agung Anggoro mengatakan, setiap enam bulan sekali, tujuh properti Swiss-Belhotel International di Jawa Timur selalu menyalurkan dana CSR-nya.
“Dipenghujung tahun 2024 ini, tujuh properti Swiss-Belhotel International Regional Jawa Timur mengemas penyaluran dana CSR mereka di Surabaya dengan mengundang para penyandang disabilitas dibawah binaan Dinsos Kota Surabaya,” ujar Agung Anggoro.
Yang kami lakukan saat ini, lanjut Agung Anggoro, merupakan pilot project di Jawa Timur, dengan memberdayakan linen-linen dari peoperti kami yang telah di renewal untuk dijadikan barang sustainable yang berharga dan bernilai jual.
“Per enam bulan, Swiss BelHotel Internasional selalu melakukan renewal untuk linen-linen yang dipakai disemua hotelnya,” kata Agung.
Ketika kami melakukan renewal untuk linen-linen ini, sambung Agung, ternyata jumlahnya sangat banyak dan selama ini hanya terbuang begitu saja.
“Kemudian timbul pemikiran, untuk melakukan recycle atau daur ulang terhadap linen-linen tersebut. Dan berdasarkan kajian yang dilakukan tim Human Resources Development (HRD) Swiss Belhotel Internasional, akhirnya timbul inspirasi untuk mendaur ulang linen-linen di hotel kami, untuk dijadikan sebuah karya yang bisa mempunyai nilai ekonomis,” ungkap Agung.
Masih menurut Agung Anggoro, salah satu linen hotel yang kemudian didaur ulang menjadi barang bernilai ekonomis itu adalah kain sprei yang selama ini dipakai di properti-properti Swiss-Belhotel di Jawa Timur.
Agung Anggoro kembali menjelaskan, dari hasil kajian yang dilakukan tim HR Swiss Belhotel Internasional, ternyata para penyandang disabilitas ini bisa untuk melakukan recycle atau daur ulang dengan bahan linen-linen hotel untuk dijadikan produk yang bernilai jual tinggi.
“Memang untuk saat ini kerajinan batik dan printing ini baru dilakukan di Jawa Timur. Kedepannya, kami berharap hal seperti ini juga dapat dilakukan diseluruh di Indonesia,” papar Agung.
Agung juga menambahkan, pemikiran selanjutnya dari Swiss Belhotel Internasional adalah, pemberian CSR dari manajemen bukan hanya berupa donasi uang saja, namun bisa diwujudkan dalam bentuk linen-linen dari seluruh hotel milik Swiss Belhotel Internasional
“Semakin banyak karya bernilai ekonomis yang dihasilkan dari limbah linen hotel, penjualannya bisa dinikmati para penyandang disabilitas
Masih menurut Agung Anggoro, yang saat ini sedang dipikirkan dan menjadi impian Swiss Belhotel Internasional adalah membuat semacam workshop dan ruang pameran karya para penyandang disabilitias, terutama yang dihasilkan dari produk daur ulang khususnya dari limbah linen hotel.
Workshop maupun galeri itu ada di masing-masing hotel Swiss Belhotel. Di galeri tersebut, semua hasil karya daur ulang para penyandang disabilitas tersebut bisa dibeli para pengunjung hotel
Untuk saat ini, yang sudah dilakukan Swiss Bel adalah mempekerjakan para penyandang disabilitas untuk bekerja di hotel. Hal itu sudah dilakukan salah satu hotel di Swiss Belin Jambi.
Sementara itu, Leo Arief Budiman selaku instruktur dan pelatih anak-anak disabilitas dibawah naungan UPTD Dinsos Kalijudan mengatakan, untuk membuat anak-anak disabilitas mempunyai kemampuan seperti sekarang ini tidaklah mudah.
“Di UPTD Liponsos Kalijudan ada sekitar 60 anak penyandang disabilitas. Mereka yang tinggal disini, 70 % tidak diketahui dimana orangtuanya,” kata Leo.
Selain UPTD Liponsos Kalijudan, lanjut Leo Arief Budiman, Pemkot Surabaya juga mempunyai Rumah Anak Prestasi (RAP).
Di Surabaya, ada empat RAP. Di Jalan Nginden, RAP Jalan Kedung Cowek, RAP Jalan Dukuh Menanggal dan RAP di Jalan Sonokewijenan,” ungkap Leo.
Leo lalu menjelaskan, jumlah anak di seluruh RAP ini sekitar 200-300 anak. Untuk anak-anak yang ada di RAP ini, mempunyai orangtua. Mereka tidak tinggal di panti. Namun mereka hanya semacam sekolah atau belajar di RAP.
Kemudian, di RAP ada banyak pelatihan untuk anak-anak penyandang disabilitas ini seperti membatik, belajar fotografi, bermain musik, modeling, ngaji, fisiotherapi.
“Semua fasilitas yang diajarkan di RAP ini tidak dipungut biaya atau gratis, asalkan ber-KTP Surabaya,” ujar Leo.
Yang di Kalijudan, anak-anak disabilitas itu diajari membatik, fotografi, bermain musik, menjahit. Untuk batik-batik yang dipamerkan di Hotel Ciputra World ini semuanya hasil karya anak-anak Kalijudan dan RAP
Leo juga menerangkan, untuk melatih anak-anak ini tidaklah mudah, butuh kesabaran dan ketelatenan hingga akhirnya anak-anak itu bisa mengerti dan menguasai materi yang diajarkan kepadanya
“Setiap anak mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Dan anak-anak ini banyak juga yang mempunyai bakat. Dari bakat yang dimiliki anak itulah akhirnya dimaksimalkan,”
Leo kemudian mencontohkan ada lima anak dari Kalijudan yang mempunyai bakat minat dibidang forografi. Anak-anak ini bahkan sudah meluncurkan buku yang diberi judul Tutur Mata.
“Tutur Mata itu artinya bahwa anak-anak ini menyandang bisu tuli. Anak-anak itu menyampaikannya lewat mata,” papar Leo.
Untuk membuat buku ini, Leo membimbing anak-anak tersebut sejak 2016. Buku baru bisa diluncurkan ditahun 2021.
Yang membanggakan, ada sebagian anak-anak ini yang sudah bekerja di Dinas Sosial Pemkot Surabaya bagian dokumentasi
Leo juga menjelaskan, perhatian yang diberikan Pemkot Surabaya untuk anak-anak penyandang disabilitas sangat baik. Bahkan, pemerintah sendiri juga sudah memikirkan masa depan para anak-anak penyandang disabilitas
“Bentuknya, ada aturan dalam penyerapan tenaga kerja, harus mempekerjakan anak-anak disabilitas yang jumlahnya satu persen,”
Sebagai bentuk kepedulian terhadap para penyandang disabilitas, beberapa usaha seperti hotel di Surabaya, sudah ada yang mempekerjakan para penyandang disabilitas. (pay)