surabayaupdate.com
HEADLINE INDEKS PENDIDIKAN & KESEHATAN

Granostik Pain Clinic, Sebuah Klinik Penyembuhan Rasa Nyeri Telah Hadir Di Surabaya

pemotongan pita pembukaan granostic pain clinik, pertama di Surabaya. (FOTO : parlin/surabayaupdate.com)

SURABAYA (surabayaupdate) – Sebuah klinik kesehatan yang mampu mengurangi rasa nyeri bahkan menghilangkannya, telah hadir di Surabaya.

Dengan semboyan nyaman tanpa nyeri, Granostic Pain Clinic resmi diperkenalkan ke publik dan dibuka untuk umum.

Pembukaan Granostic Pain Clinic, Sabtu (25/10/2025) ini disaksikan Staf Ahli Walikota Surabaya Bidang Kemasyarakatan dan SDM drg. Bisukma Kurniawati, M.Kes., Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina, S.K.M., M.Kes,
Ketua Group Praktek Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi (ARA) Surabaya Dr. Kohar Hari Santoso, dr., SpAn., KAP., KIC., Kepala Sekolah Program Fellowship International Pain RSUD dr. Sutomo dr. Dedi Susila, Sp.An.,KMN.,FIPP dan beberapa dokter spesialis lainnya.

Direktur PT. Persada Medika Utama Dwi Djojonegoro mengatakan, sebelum menjadi klinik, Granostic adalah laboratorium medis.

“Tahun 2008, Granostic adalah sebuah laboratorium. Berdirinya laboratorium itu diprakarsai kumpulan para dokter spesialis patologi klinik,” ujar Dwi Djojonegoro.

Lalu tahun 2022, lanjut Dwi Djojonegoro, Granostic berubah menjadi klinik. Dan sejak berubah menjadi klinik itulah, Granostic mulai memikirkan centre of excellent atau apa yang nantinya akan menjadi layanan unggulan di klinik ini.

“Akhirnya, Granostic Clinic mempunyai produk unggulan yang diberi nama ARA singkatan dari Anestesi dan Reanimasi,” jelas Dwi Djojonegoro.

Masih menurut Dwi Djojonegoro, ARA ini digagas sekumpulan para dokter spesialis anastesi yang ingin mengembangkan layanannya tidak dirumah sakit.

Walaupun telah berpraktik di sejumlah rumah sakit, para dokter spesialis anestesi tersebut, baru pertama kalinya ditahun 2022 berpraktik di sebuah klinik.

Selain ditunjang dengan dokter-dokter spesialis yang sangat berpengalaman berpraktik di sejumlah rumah sakit, Granostic Pain Clinic juga menyediakan sejumlah peralatan medis canggih dengan teknologi terbaru.

“Para dokter spesialis yang bertugas di Granostic Pain Clinic ini tidak pernah bosan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa rasa nyeri yang dialaminya dapat berkurang atau disembuhkan bahkan dihilangkan, sehingga kualitas hidup menjadi meningkat, tidak tersiksa lagi,” imbuh Dwi Djojonegoro.

Harus diperhatikan pula, lanjut Dwi Djojonegoro, sakit dan merasa kesakitan itu adalah dua hal yang berbeda.

Masih menurut Dwi Djojonegoro, rasa nyaman, tidak harus antri dan dapat dilakukan by appointment, menjadi layanan unggulan di Granostic Pain Clinic.

Beberapa dokter spesialis yang telah mengantongi ijin praktik, telah bergabung di klinik ini seperti dokter spesialis jantung, dokter spesialis radiologi, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis paru-paru, dokter spesialis anak, dokter spesialis kandungan atau obgyn dan dokter spesialis anestesi.

Sementara itu, tentang Granostic Pain Clinic, dr. Dedi Susila, Sp.An.,KMN.,FIPP menambahkan, kehadiran Granostic Pain Clinic ini menjadi harapan baru bagi pasien yang selama ini mengalami rasa sakit maupun nyeri yang luar biasa dan tak kunjung sembuh.

Dedi Susila pun berharap, kehadiran dengan berobat di klinik ini, mereka yang selama ini mengalami rasa nyeri yang luar biasa, bisa berkurang bahkan bisa hilang selamanya.

Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi serta subspesialis manajemen nyeri ini kembali menerangkan, saat ini banyak klinik hadir dilokasi rumah sakit. Granostic adalah klinik nyeri pertama yang berada diluar rumah sakit

acara potong tumpeng sebagai tanda dibukanya granostic pain clinic di Surabaya. (FOTO : parlin/surabayaupdate.com)

Pertimbangan didirikannya klinik nyeri diluar rumah sakit, karena banyak pasien yang mempunyai kekhawatiran bahkan takut untuk berobat ke rumah sakit dengan pertimbangan takut tertular penyakit lain, prosedur yang harus dilakukan sangat ribet.

“Dengan office-based di Granostic Pain Clinic, akan memudahkan pasien karena merasakan nyeri itu sangat sakit, ditambah harus mengantri sehingga hal itu terasa sangat menyusahkan bagi sebagian orang,” ujar dr. Dedi Susila.

Jika di Granostic Pain Clinic, lanjut Dedi Susila, semua urusan terasa sangat simple dan memudahkan pasien yang hendak berobat.

Dedi Susila juga menjelaskan bahwa penanganan di Granostic Pain Clinic ini sama seperti yang dilakukan di rumah sakit.

“Granostic Pain Clinic bisa mengerjakan beberapa kasus penyakit mulai dari kasus ringan hingga kasus berat,” ungkap Dedi Susila.

Namun yang membedakan dengan rumah sakit, lanjut Dedi Susila, jika dirumah sakit atau hospital-based, seorang pasien yang hendak dilakukan tindakan, harus dibawa terlebih dahulu ke ruang operasi.

“Dari poli harus menunggu jadwal kapan akan dilakukan operasi. Namun di Granostic ini, begitu pasien datang di poli kemudian dilakukan pemeriksaan,” terang Dedi Susila.

Namun jika ada indikasi akan dilakukan tindakan yang invasif, sambung Dedi Susila, bisa langsung dilaksanakan dikamar operasi. Jadi tidak perlu dilakukan penjadwalan yang lama.

Dedi kembali melanjutkan, semua tindakan baik ringan maupun berat, semua dilakukan para dokter Granostic Pain Clinic tanpa harus rawat inap, kecuali ada indikasi khusus.

“Invasif tanpa rawat inap, pasien bisa langsung pulang. Biasanya akan dilakukan observasi terlebih dahulu selama dua jam. Dan jika tidak terjadi apa-apa dan kondisi pasien stabil, pasien bisa pulang,” tutur Dedi.

Jika pasien harus dilakukan rawat inap, sambung Dedi, Granostic Pain Clinic telah menjalin kerjasama dengan beberapa rumah sakit sekitar.

“Rujukan ke rumah sakit yang telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan beberapa rumah sakit akan dilakukan apabila para dokter di Granostic Pain Clinic baru saja melakukan tindakan besar seperti implan atau Spinal Cord Stimulation (SCS),” urai Dedi Susila.

Walaupun pasien dirujuk ke rumah sakit yang telah menjalin kerjasama dengan Granostic Pain Clinic, dokter yang menangani di klinik Granostic akan terus memantau perkembangan pasien dan melakukan pengawasan, walaupun pasien itu telah ditangani dokter di rumah sakit tersebut.

Untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien, klinik ini menggunakan radiofrequency, sebuah alat yang dimiliki Granostic Pain Clinic.

Menurut Dedi Susila, radiofrequency ini bisa digunakan untuk mematikan syaraf atau ablasi dengan cara memberikan suhu tertentu biasanya diatas 80 derajat.

“Ablasi ini dilakukan selama 1-2 menit, langsung ke syaraf yang dimaksudkan dengan pemberian suhu diatas 80 derajat. Dan jika syaraf itu sudah rusak, maka akan mati sendiri,” tutur Dedi.

Yang dilakukan ablasi inilah, lanjut Dedi, adalah syaraf yang selama ini mengalami rasa nyeri. Harapannya, setelah dilakukan tindakan ini, rasa nyeri di syaraf itu tidak kambuh lagi, walaupun penyakitnya masih ada.

Kepala Sekolah Program Fellowship International Pain RSUD dr. Sutomo pun mencontohkan rasa nyeri yang telah dilakukan ablasi namun penyakitnya masih ada. Hal ini terjadi pada pasien penderita kanker.

Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi serta Subspesialis Manajemen Nyeri ini kembali menjelaskan, selain digunakan untuk mematikan syaraf atau ablasi, radiofrequency ini juga berfungsi sebagai neuromodulasi menggunakan teknik Pulse Radio Frequency (PRF).

“Syaraf yang nyeri itu kan sebenarnya terjadi kerusakan secara fisiologis. Dengan PRF, fungsi syaraf itu dinormalkan,” papar Dedi Susila.

Dengan melakukan pengobatan di Granostic Pain Clinic, pasien yang mengalami nyeri akan diambil tindakan, apakah syarafnya akan dimatikan dan apakah syaraf itu akan dinormalkan.

Untuk kasus syaraf kejepit, dokter tidak akan mematikan syaraf tersebut karena ada hubungannya dengan syaraf gerak sehingga yang dilakukan adalah dengan melakukan normalisasi fungsi syaraf yang kejepit itu dengan PRF.

Selain membahas masalah nyeri pada penyakit tertentu, Dedi Susila juga menjelaskan tentang nyeri yang disebabkan karena cidera dan sering diderita seorang atlit. Rasa nyeri yang sering dirasakan para atlit ini dikenal dengan istilah sport injury.

Konsultan nyeri ini kembali menjelaskan, sport injury ini sering terjadi pada legamen, tendon, otot, sendi. Kalau rasa nyeri itu terjadi pada legamen, otot, tendon dan sendi, masih bisa diobati di Granostic Pain Clinic.

Walaupun Granostic Pain Clinic ditangani para dokter spesialis berpengalaman, dengan teknologi paling modern dan ditunjang dengan peralatan medis yang canggih, namun masalah pembiayaan di klinik ini untuk kasus tertentu malah lebih murah dibandingkan di rumah sakit.

“Range pembiayaan disini hampir sama dengan penanganan dirumah sakit. Bahkan, untuk tindakan tertentu, pembiayaan disini jauh lebih murah,” jelasnya.

Yang perlu diingat juga, lanjut Dedi Susila, mekanisme berobat di klinik ini sangat simple, sangat membantu para pasien yang hendak berobat.

“Dan yang paling penting lagi ketika kita melakukan pengobatan, nyaman tanpa nyeri. Dan pengobatan di Granostic Pain Clinic ini dikatakan berhasil apabila sudah bisa menghilangkan rasa nyeri diatas 60 persen,” kata Dedi.

Untuk hilangkan nyeri 100 persen, sambung Dedi, itu tidak mungkin karena nyeri kronik itu penyebab utamanya tidak akan dihilangkan.

Hal ini dicontohkan Dedi pada pasien yang menderita kanker. Untuk penyakit kankernya masih ada namun rasa nyeri yang dialami pasien jauh berkurang. Pasien tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan peredam nyeri sehingga quality life pasien penderita kanker jauh lebih bagus. (pay)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related posts

Pemkot Surabaya Dan PT Darmo Green Land Berdebat Tentang Lahan Yang Akan Dijadikan Jalan

redaksi

Denpom V/1 Madiun Serta Pom AU Gelar Razia Waspada Wira Clurit

redaksi

Ada Kerancuan Dari Gugatan Wanprestasi Yang Dimohonkan Direktur CV Kraton Resto Berkaitan Dengan Penutupan Restoran Sangria by Planoza

redaksi