SURABAYA (SurabayaUpdate) – “ Di Indonesia sangat sedikit sekali yang tertarik dengan anatomi tumbuhan sehingga ahli anatomi tumbuhan pun sangat sedikit jumlahnya. Selain itu, induk organisasi profesi khusus anatomi tumbuhan pun tidak ada. Semua berinduk pada Biologi “
Itulah pernyataan Prof. H. Hery Purnobasuki, Drs., M.Si., Ph.D, yang Sabtu (13/9) ini akan dinobatkan sebagai guru besar Universitas Airlangga (Unair) yang ke 427 dan Guru Besar Universitas Airlangga Berbadan Hukum ke 135 dalam bidang ilmu Biologi.
Pada kesempatan pengukuhan tersebut Prof. Hery akan menyajikan pidato ilmiah berjudul “Mengembangkan Anatomi Tumbuhan sebagai Kajian Biologi yang Menarik dan Bermanfaat dalam Berbagai Aspek Kehidupan”.
Lebih lanjut Prof. H. Hery Purnobasuki mengatakan, Selama 10 tahun terakhir, mahasiswa di Unair yang memiliki peminatan pada Anatomi Tumbuhan hanya 2-3 orang. Yang lainnya lebih tertarik pada ilmu applied science. Keadaan seperti itu juga terjadi di seluruh Indonesia.
“Perkembangan ilmu pengetahuan terapan (applied science) di Indonesia berkembang cukup pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan terapan ini tentunya berpangkal pada ilmu pengetahuan dasar (basic science), “ ujar Prof. H. Hery Purnobasuki.
Salah satu ilmu dasar, lanjut Prof. H. Hery Purnobasuki, yang banyak dijadikan basis bagi ilmu pengetahuan terapan adalah biologi. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang banyak memegang peranan penting dalam pendidikan dan pembangunan berwawasan lingkungan.
“Jauh sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu Biologi telah memainkan peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Demikian juga dengan kedudukan salah satu cabang ilmu Biologi yaitu Anatomi Tumbuhan atau Struktur Tumbuhan yang berperan sangat penting sebagai bahan dasar dalam beberapa aspek kehidupan,” ujar Prof. H. Hery Purnobasuki.
Masih menurut Prof. Hery, pada konstruksi bangunan misalnya. Ternyata konstruksi bangunan mengadopsi struktur tumbuhan, dalam hal ini akarnya. Struktur tumbuhan dikotil dan monokotil memberikan inspirasi bagi konstruksi bangunan paku bumi. Contoh pemanfaatan nyata basic science lainnya ada pada pemilihan jenis kayu untuk interior rumah, produksi kertas, penyerapan limbah pada sungai, dan masih banyak lagi.
“Namun sayang, peminat untuk basic science di Indonesia ini sangat minim. Minimnya minat basic science ini salah satunya disebabkan minimnya dana penelitian bagi peneliti basic science,” papar Prof. Hery.
Masih menurut Prof. Hery, funding penelitian, pasti akan berpikir apakah penelitian tersebut dapat dirasakan langsung manfaatnya. Padahal semua kemajuan ini berlangsung melalui pemanfaatan berbagai hasil yang diperoleh atau ditemukan dalam pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan dasar.
“Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung berkepanjangan, Indonesia akan mengalami kekurangan sumber daya manusia yang mumpuni dalam hal pengajaran maupun penelitian basic science, “ tandasnya.
Prof. Hery pun menyebutkan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ilmu anatomi tumbuhan di Indonesia secara menarik. Langkah yang dapat dilakukan itu antara lain peninjauan kurikulum, melengkapi koleksi tumbuhan yang telah diawetkan, terus dipeliharanya kebersamaan dalam penelitian dan pengembangan kajian anatomi tumbuhan, dan meningkatkan derajat pendidikan, menjalin kerjasama dengan institusi lain, melengkapi instrumen dasar penunjang praktikum dan penelitian anatomi tumbuhan secara bertahap, melengkapi referensi anatomi tumbuhan, integrasi penelitian multidisiplin, dan mata pelajaran anatomi tumbuhan ditekankan pada keanekaragaman tetumbuhan. (nunk/pay)