JAKARTA (surabayaupdate) – Hendak pulang ke rumahnya usai menonton balapan, seorang satpam pelabuhan malah terkena tembakan peluru nyasar. Kasus ini pun dalam penyelidikan polisi.
Jefri, nama satpam yang terkena tembakan peluru nyasar tersebut. Pria berusia 23 tahun ini masih berada di salah satu ruang isolasi di sebuah rumah sakit.
Sebagaimana dilansir detik.com, Jefri tinggal dikawasan Koja, Jakarta Utara. Ada dugaan, jika Jefri terkena tembakan peluru nyasar ketika berada di Pademangan, Jakarta Utara.
Berdasarkan informasi yang beredar, korban tertembak peluru nyasar di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara, Minggu (30/8/2020) dini hari.
Hingga saat ini, korban masih menunggu tindakan operasi akibat tembakan peluru nyasar yang mengenai perutnya tersebut. Pihak keluarga pun berharap adanya keadilan, supaya polisi menyelidiki kasus ini dan mengungkap siapa pelakunya.
Kasus ini berawal ketika Jefri menonton balapan di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (29/8) malam. Memasuki Minggu (30/8) dini hari, Jefri pun pulang ke rumahnya di kawasan Koja, Jakarta Utara. Saat perjalanan pulang itulah, Jefri terjebak situasi tawuran karena ada sekelompok warga terlibat tawuran.
Petrus, kakak ipar Jefri mengatakan, ia memang tidak mengetahui persis kejadian tawuran tersebut. Petrus hanya menduga, saat itu ada petugas yang berusaha membubarkan tawuran dengan melepaskan tembakan.
“Dia bilangnya ingin pergi nonton balapan di Kemayoran. Lepas nonton balapan, dia ingin pulang, (namun) kejebak situasi tawuran,” kata Petrus kepada detik.com, saat ditemui di kediamannya, Koja, Jakarta Utara, Senin (31/8/2020).
Tapi tak disangka, lanjut Petrus, Jefri malah terkena peluru nyasar. Korban pun mengalami luka tembak yang cukup serius.
“Rupanya tawuran itu dibubarkan mungkin dengan cara tembak-tembak. Kena lah dia tembakan, sehingga adik saya ini mengalami luka tembak yang serius,” ungkap Petrus.
Pria berusia 38 tahun ini juga mengungkapkan, sambil menahan rasa sakit akibat terkena luka tembak dibagian perut, Jefri mengendarai motor seorang diri dan pergi berobat ke rumah sakit.
Pihak rumah sakit yang mengetahui hal ini, lalu melapor ke polisi. Tak lama kemudian, polisi datang dan sempat menginterogasi Jefri.
Petrus menyebut, adik iparnya ini lagi menunggu proses operasi. Namun, pihak keluarga terkendala masalah biaya operasi.
Walau Jefri tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan, lanjut Petrus, pihak rumah sakit tidak bersedia menerima pasien BPJS.
“Pihak keluarga bingung, rumah sakit tidak mau menerima pasien BPJS padahal korban memiliki BPJS Kesehatan,” ujar Petrus.
Bahkan, sambung Petrus, untuk biaya kamar, pihak rumah sakit meminta deposit yang hal itu sangat membebani pihak keluarga, karena untuk deposit kamar saja mahal sekali.
Informasi lain yang diungkap Petrus, saat ini adik iparnya itu berada di ruang isolasi karena situasi COVID-19. Selain itu, korban juga masih kesakitan sampai meraung-raung. Supaya tidak mengganggu pasien yang lain, Jefri dipisahkan dari pasien lainnya.
Petrus berharap, pihak kepolisian segera mengungkap kasus ini. Ia juga berharap, pelaku (penembakan) bertanggung jawab atas insiden ini.
“Saya akan coba melakukan langkah hukum ke depan mencari keadilan, siapa pelaku penembakannya. Saya tidak ingin menuduh dari pihak mana. Saya ingin mencoba mencari keadilan sampai seadil-adilnya,” imbuhnya.
Dihubungi secara terpisah, Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, Kompol Wirdhanto Hadicaksono mengakui adanya kejadian ini. Wirdhanto mengatakan, saat ini polisi masih melakukan penyelidikan.
“Iya peluru nyasar, sekarang masih dipastikan TKP-nya Jakpus atau Jakut,” kata Wirdhanto saat dihubungi wartawan, Minggu (30/8/2020).
Kanit Reskrim Polsek Pademangan, AKP Sinaga juga memberi pernyataan yang sama dengan Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, bahwa pihaknya juga masih mendalami insiden peluru nyasar ini. Sinaga hanya mengatakan, jika korban seorang satpam pelabuhan.
“Kami sedang mendalami insiden ini. Mohon maaf, saya belum bisa berkomentar banyak. Info sementara yang kami dapat, korban adalah security di pelabuhan,” kata Sinaga.
Sinaga juga belum bisa memastikan, bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. Menurut Sinaga, semua itu masih didalami pihak kepolisian. (dtc/pay)