Sandra Setiawan, seorang sopir travel dan driver freelance sedang menghadapi proses hukum di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya atas dugaan penyalahgunaan tindak pidana narkotika.
Warga Batu, Malang Jawa Timur ini pun cemas terhadap hukuman yang akan dia terima. Ditengah masalah yang ia hadapi itu, ada seorang wanita tangguh yang sangat setia dan menunggu kepulangannya. Siapakah wanita itu?
Nurul Fadillah adalah nama wanita itu. Perempuan asal Karangploso ini terus memberi dukungan moral kepada sang suami agar tetap tabah menghadapi permasalahan yang ia hadapi.
Sebagai seorang istri yang dinikahi Sandra Setiawan tahun 2017, Nurul masih menyimpan harapan besar kepada para penegak hukum yang menyidangkan perkaranya. Apa saja yang menjadi harapan Nurul itu? Berikut ini kisahnya…
Oleh : Parlin
Nurul tampak tegar, dan sangat tegar menghadapi masalah yang saat ini sedang membelit suaminya. Namun, sebagai seorang istri, kesedihan nampak terlihat dari wajahnya, mengingat penangkapan yang dilakukan polisi kepada suaminya.
Rabu (23/6/2021), Nurul Fadillah datang ke PN Surabaya untuk menghadiri persidangan suaminya. Ya, hari itu, Sandra Setiawan yang menjadi terdakwa kasus narkotika, kembali disidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa.
Dengan seksama Nurul mengikuti jalannya persidangan. Satu persatu pertanyaan yang ditanyakan ke sang suami ia dengarkan. Itu adalah bentuk dukungan moral kepada sang suami, walaupun sang suami tidak menyadari kehadiran Nurul di dalam ruang sidang Cakra PN Surabaya.
Karena masa pademi, persidangan Sandra Setiawan digelar secara virtual dari ruang sidang Cakra PN Surabaya dan dari ruang tahanan Polrestabes Surabaya.
Usai persidangan, Nurul pun sempat bertanya ke Fariji, setelah proses ini akan ada persidangan apalagi? Advokat yang tergabung dalam LBH Lacak yang ditunjuk pengadilan sebagai penasehat hukum Sandra Setiawan ini, kemudian menjelaskan tahapan-tahapan berikutnya, setelah persidangan ini. Nurul pun mengerti.
Tidak banyak kata-kata yang keluar dari mulut Nurul. Namun, saat ia ditanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya itu, Nurul pun mulai memberanikan diri untuk bercerita.
Sebelum menceritakan apa yang terjadi pada suaminya, Nurul sempat berharap, semoga ada keadilan bagi Sandra, suaminya. Lalu, apa yang membuat Nurul menaruh harapan, ada keadilan bagi sang suami?
“Ketika menjalani proses penyidikan di Kepolisian Polrestabes Surabaya, suami saya sempat mendapatkan kekerasan fisik. Ia diintimidasi,” kata Nurul diawal pembicaraannya.
Intimidasi yang diberikan ke Sandra, lanjut Nurul, sebagai bentuk agar suami saya mengakui kepemilikan barang bukti sabu seberat tiga kilogram yang ada didalam mobil Inova yang saat itu dikemudikannya.
“Suami saya sempat dikeluarkan dari sel tahanan kemudian dibawa ke lapangan. Ditempat itulah suami saya ditembak kakinya dan dipaksa untuk mengakui bahwa narkoba itu adalah miliknya,” ungkap Nurul.
Penembakan itu terjadi dua hari setelah terdakwa mendekam di tahanan Polrestabes Surabaya. Karena tidak kuat akan siksaan yang ia terima, Sandra akhirnya menyerah dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dimana salah satu isinya adalah mengakui kepemilikan sabu seberat tiga kilogram yang saat itu dibawa Elsa.
Mengapa Elsa yang membawa? Dimana posisi Sandra waktu itu? Sebelum menjelaskan tentang hal ini, Nurul pun bercerita awal mula kejadian ini, beberapa hari sebelum Sandra ditangkap polisi ditempat kerjanya.
“Ketika akan berangkat ke Cianjur, suami saya berpamitan akan pergi ke Cianjur bersama dengan Elsa. Karena suami saya tidak punya ATM, maka DP upah suami saya sebagai driver yang akan mengantar Elsa beserta istri dan anaknya ke Cianjur, di transferkan ke ATM atas nama saya,” papar Nurul.
Yang transfer atas nama Novi, lanjut Nurul. Nominalnya Rp. 300 ribu. Transfer itu dilakukan 26 Februari 2021. Usai menerima DP berangkatlah mereka ke Cianjur.
Setibanya di Cianjur, Sandra Setiawan sempat menginap satu malam dirumah Elsa dan istrinya. Keesokan harinya, Elsa kemudian mengajak Sandra ke Bogor. Ajakan itu akhirnya disetujui Sandra.
“Waktu tiba di Bogor, suami saya sempat merasakan sesuatu hal yang aneh. Perasaannya tidak enak. Menurut cerita suami saya, saat itu, Elsa terlihat sibuk menelepon seseorang hingga beberapa kali. Entah siapa yang Elsa telpon waktu itu,” cerita Nurul, menirukan cerita Sandra kepadanya.
Setelah lama menunggu, datanglah ojek online menghampiri Elsa dan menyerahkan paket. Belakangan diketahui, jika paket yang diterima Elsa itu ternyata berisi narkoba jenis sabu. Hal itu Sandra ketahui di kepolisian ketika dirinya ditangkap.
Meski tidak memberitahu tentang isi paket tersebut ke Sandra, namun suami Nurul Fadillah ini sempat bertanya ke Elsa. Namun, Elsa terus menenangkan hati Sandra dan tidak perlu cemas.
“Wes talah lek, tenang ae. Tenang lek. (Sudah ya paman, santai aja. Tenang,,tenang ya paman),” kata Nurul menirukan perkataan Sandra kepadanya.
Usai menerima paket dari ojek online, Elsa kemudian mengajak Sandra untuk kembali ke Cianjur untuk menjemput anak dan istri Elsa. Setelah bertemu, mereka berempat balik ke Batu-Malang rumah Elsa.
Dalam perjalanan menjemput anak dan istri Elsa, Sandra sempat memberi saran ke Elsa supaya rute yang akan dilalui adalah jalur bawah. Pertimbangan Sandra, saat itu sudah malam, lalu lintas pun pastinya sepi sehingga perjalanan akan lancar. Namun, usulan Sandra itu tidak diterima Elsa. sandra tetap diperintahkan untuk melalui jalur tol.
Disinilah bencana hidup Sandra mulai. Ketika sedang melintas di tol dan hendak mencapai exit tol Semarang, Elsa melihat beberapa mobil yang sudah menunggu di depan palang pintu, hendak menghadang Kijang Inova warna Hitam nopol N 1560 EL. Ketika itu, waktu menunjukkan pukul 01.00 Wib.
Elsa yang panik kemudian memerintahkan Sandra untuk tetap tancap gas. Akibat dari tancap gas itu, mobil Kijang Inova yang dikemudikan Sandra menabrak palang pintu tol, juga menyerempet satu dari tiga mobil polisi yang saat itu melakukan penghadangan. Mereka berempat pun lolos dari penghadangan polisi.
Usai lolos dari penyergapan, seperti yang diceritakan Sandra ke istrinya, Elsa kemudian memerintahkan Sandra untuk menepikan mobilnya dan berhenti. Hal ini dilakukan karena Elsa merasa keadaan sudah aman dan jaraknya cukup jauh dari exit tol Kalikangkong.
Sandra yang masih berada di dalam mobil, tiba-tiba melihat Elsa mengeluarkan sesuatu dan membuangnya ke luar jendela. Yang dibuang Sandra itu adalah paket yang baru ia terima dari ojek online yang ada di Bogor. Usai membuang bungkusan, Elsa kemudian memerintahkan Sandra untuk jalan lagi dan meminta Sandra menuju ke Perumahan Keong Mas Semarang.
Disuatu tempat, Elsa kembali memerintahkan Sandra untuk berhenti dan menyuruh Sandra untuk meninggalkan mobil yang ia kemudikan. Elsa, istri dan anaknya serta Sandra kemudian berjalan kaki. Tiba-tiba, mereka mendengar ada mobil datang dari arah belakang.
“Mengetahui kedatangan mobil itu, suami saya kemudian masuk ke parit untuk bersembunyi. Begitu mendengar bahwa mobil itu sudah berlalu, suami saya pun keluar dari tempat persembunyiannya,” terang Nurul.
Disaat Sandra keluar dari parit, Sandra sudah tidak melihat Elsa beserta istri dan anaknya. Itulah pertemuan terakhir Sandra dengan Elsa.
Masih dalam penuturan Sandra kepada istrinya, setelah berpisah dengan Elsa, Sandra berjalan kaki hingga bertemu mushala. Di mushala inilah Sandra bersembunyi dan beristirahat beberapa saat. Dan ketika masih di mushala, Sandra berusaha menghubungi ponsel Elsa namun tidak aktif.
Karena uang yang ada didompet mulai menipis, Selasa (2/3/2021), Sandra kemudian ke Tuban menemui salah satu teman kerjanya dulu. Saat masih di Tuban, Sandra masih berusaha menghubungi Elsa namun tetap tidak bisa.
“Di Tuban, suami saya hanya satu malam. Suami saya kemudian dihubungi Yuli, orang yang menyewakan mobil ke Elsa, dikemudikan suami saya dipakai ke Cianjur,” kata Nurul.
Nurul pun melanjutkan ceritanya. Usai dari Tuban, dengan mengendarai bus, Sandra kemudian ke Pasuruan, ke rumah temannya untuk menenangkan pikiran sekaligus berkonsultasi tentang masalah yang ia hadapi. Rabu (3/3/2021) sekitar pukul 21.00 Wib, Sandra sudah berada di rumahnya di Malang.
Kamis (4/3/2021) sekitar pukul 15.30 Wib, Sandra minta ijin ke istrinya untuk ambil gaji ke kantor. Pada hari yang sama, sekitar pukul 20.00 Wib, Nurul mendapat informasi bahwa Sandra ditangkap polisi. Sejak saat itu, nomor HP Sandra tidak bisa dihubungi. Jumat (5/3/2021) sekitar pukul 01.00 Wib, polisi melakukan penggeledahan dirumah Sandra.
Waktu penggeledahan itu, beberapa polisi masuk sedangkan Sandra berada disalah satu mobil yang dibawa polisi. Ada tiga mobil yang ikut dalam penggeledahan dirumah Sandra.
Kepada istri Sandra, salah satu petugas mengatakan, jika nanti Sandra pulang, diminta untuk menyerahkan diri. Pihak keluarga sebenarnya belum tahu jika Sandra telah tertangkap polisi, baru tahu jika Sandra ditangkap dan ditahan Minggu (7/3/2021) saat ada surat penangkapan dan surat penahanan dari kepolisian yang diberikan ke pihak keluarga.
Elsa dan Sandra sebenarnya sudah lama saling kenal. Waktu itu, antara Elsa dan Sandra berkenalan waktu keduanya masih sama-sama sebagai driver freelance. Sandra pernah mengajak istrinya bertemu dengan Elsa beberap saat sebelum Elsa sering aktif mengajak Sandra ke luar kota.
Sebagai seorang istri, Nurul tidak habis pikir dengan kelakuan Elsa yang sepertinya sengaja mengumpankan suaminya ke polisi.
Penangkapan Sandra pun dinilai Nurul sangat janggal, begitu pula dengan status terdakwa yang hanya dirasakan Sandra.
“Usai penyergapan di tol, suami saya, Elsa beserta anak dan istrinya sempat berjalan kaki setelah meninggalkan mobil di daerah perumahan Keong Mas Semarang. Waktu ada mobil melintas, suami saya sedang sembunyi. Tak berapa lama, Elsa sudah tidak ada bersamaan dengan berlalunya mobil yang melintas itu,” papar Nurul.
Hal lain yang dirasa Nurul tidak adil dalam perkara yang menjerat suaminya adalah, tidak ada upaya polisi untuk melakukan pengejaran terhadap Elsa. Polisi seakan-akan membiarkan Elsa berstatus Daftar Pencarian Orang (DPO), hingga saat ini.
“Begitu lolos dari penghadangan, Elsa langsung pulang ke Batu. Indikasi bahwa Elsa sudah berada di Batu adalah, saat saya akan mengambil motor suami saya di rumah Elsa, tetangga depan rumah mengatakan bahwa Elsa berada di dalam. Sudah satu minggu di dalam rumah, pasca pulang dari Cianjur bersama anak dan istrinya,” ungkap Nurul.
Meski banyak sekali kejanggalan dalam penangkapan suaminya, Nurul tetap berdoa, ada pertolongan Tuhan untuk suami tercintanya itu. Dan Nurul juga berharap, majelis hakim yang menyidangkan perkara suaminya ini, akan memberikan keadilan dan dapat menilai kasus ini dengan arif serta bijaksana. (*)