SURABAYA (SurabayaUpate) – Delapan bulan sudah kasus penganiayaan yang diduga kuat dilakukan Saul Krisdiono terhadap Firdaus Amy Rulloh. Meski saat ini dugaan penganiayaan itu masih disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, namun pihak keluarga dan sahabat-sahabat Firdaus menuntut adanya keadilan.
Satu per satu, sahabat Firdaus mulai memberikan dukungan kepada Firdaus, yang menjadi korban penganiayaan oknum gurunya. Meski saat ini Firdaus sudah tidak lagi bersekolah di SMP Giki 1, namun persahabatan mereka tidak akan berakhir.
Mohammad Sakti, salah satu rekan Firdaus bahkan mengaku, jika Saul Krisdiono telah melakukan pemukulan terhadap Firdaus. Disaksikan seluruh murid yang ada di dalam kelas, guru Fisika SMP Giki 1 Surabaya ini, dengan membabi buta memukul Firdaus secara emosional.
Bagaimana pemukulan itu bisa terjadi? Lebih lanjut Sakti mengatakan, hal itu berawal dari pertengkaran yang terjadi antara Firdaus Amy Rulloh dan Dysan Andika Ihsan Nugraha, murid kelas 7A SMP Giki.
“Awalnya, kedua orang ini saling memandang. Dysan yang pertama-tama menantang Firdaus. Karena tersinggung, Firdaus akhirnya meladeni tantangan Dysan itu. Perkelahian tersebut terjadi di belakang kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung, “ ujar Sakti.
Firdaus yang kesakitan karena ditendang Dysan, sambung Sakti, kemudian berusaha membalas. Belum sempat membalas tendangan Dysan yang ikut seni beladiri taekwondo, datanglah Saul ke belakang, menemui kedua orang murid itu.
“Geram melihat kelakuan kedua siswanya, pak Saul kemudian menempeleng Firdaus hingga beberapa kali. Tidak puas dengan hanya menempeleng, Pak Saul kemudian mengepalkan kedua tangannya kemudian dipukulkan ke Firdaus hingga akhirnya bibir Firdaus pecah dan mengeluarkan darah, “ ungkap Sakti.
Pak Saul, lanjut Sakti, juga mendatangi Dysan dan berusaha untuk memukul. Namun, pukulan Saul ini bisa ditangkis Dysan. Akhirnya, Saul kemudian mendatangi Firdaus lagi, dipepetkan ke tembok. Di situlah, Saul kembali memukuli Firdaus.
“Dengan kedua tangan memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah, Firdaus dibentak untuk ke kamar mandi, membasuh luka di hidungnya itu. Setelah itu, Firdaus diminta untuk datang ke ruang BK, “ kata Sakti.
Masih menurut Sakti, sebelum terdakwa Saul kembali ke depan kelas, terdakwa sempat ngedumel sambil mengucapkan kata-kata kotor yang tidak pantas diucapkan seorang guru. Satu hari setelah insiden itu, terdakwa di hadapan murid-muridnya mengatakan tidak takut di penjara, karena sudah pernah dipenjara sebanyak lima kali karena memukuli siswanya.
Omi, nenek Firdaus sangat menyesalkan tindakan terdakwa yang sudah menganiaya cucu kesayangannya itu. Bahkan, ada dugaan jika terdakwa juga sengaja mempengaruhi para saksi, yang tak lain teman-teman Firdaus.
“Iqbal, Sakti, Ridho, Slamet dan Firdaus ini adalah sahabat. Kemana-mana mereka selalu bersama, terutama Slamet. Hubungannya dengan Firdaus begitu dekat. Firdaus jika punya makanan, selalu ingat Slamet, “ ujar Omi.
Entah mengapa, keadaan kini berubah. Omi mengatakan, Slamet dan Iqbal kini seperti tidak mengenal Firdaus. Mereka yang dulunya begitu baik dengan Firdaus, kini berubah. Meski demikian, Omi tidak begitu memusingkan hal itu.
Yang saat ini dituntut dari pihak keluarga adalah adanya keadilan. Secara pribadi Omi berharap, hakim bisa menggunakan keadilan dalam memutuskan perkara ini. Omi pun yakin, hakim yang menyidangkan perkara ini, bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. (pay)